Rabu, 07 Juni 2017

Ain





"Ain mau jilbab biru bu!"

Ini bukan kali pertama Ain merengeki Asih acap kali mampir ke pasar Depok Lama untuk membeli kebutuhan dagangannya. Apalagi dibulan Ramadhan dimana intensitas penjual kerudung makin merebak disepanjang jalan.

"Ain mau jilbab biru bu!" serunya kembali, Asih masih acuh, tangannya masih sibuk memilah-milah wortel dan tauge untuk bahan dasar bakwan yang akan ia goreng siang nanti.

"Ain mau jilbab biru !!!" kali ini suara ain setengah berteriak, asih menghentikan aktifitasnya sesaat lalu memandangi wajah ain dengan wajah kesal

"Kamu tuh masih kecil ain! gak perlu pake jilbab!" Sahut Asih berang

"Tapi kata pa ustad, perempuan itu harus pake jilbab bu!" rengeknya lagi

"Allah itu pengertian ain! sudah jangan merengek terus!" Asih kembali mengabaikannya.

Jangankan untuk membeli jilbab, hasil dagangan Asih menjual gorengan saja hampir tak menutupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Rengekan ain berlanjut hingga keesokan harinya, ia memilih tak bicara sepanjang hari. Asih membiarkannya, nanti juga capek sendiri pikirnya.

Tanpa Ain, Asih tetap menjajakan gorengan buatannya di lapangan dekat rumah. Biasanya bada Ashar banyak warga yang mencari makanan untuk berbuka. Meski cuma setahun sekali Asih hampir selalu mencari peluang berjualan disana dengan warga lainnya.

Hari ini dagangan Asih ludes tanpa sisa, ia merasa senang bukan kepalang. Ia bergegas pulang untuk menyiapkan makanan berbuka dengan Ain. Sesampainya dirumah, Asih sempat heran karena lampu depan rumah  belum menyala. Anak ini pasti ketiduran ! keluh Asih.

Asih mengintip kamar 2x3 meternya itu, benar saja Ain masih berbaring dan terlihat sangat nyenyak. Tak tega membangunkan Asih langsung menuju dapur, menghangatkan makanan yang sudah terlebih dulu ia masak siang tadi.

Adzan berkumandang, Asih makin heran karena tak biasanya Ain terlelap hingga magrib. Sedikit berteriak Asih memanggil nama Ain berulang-ulang, tapi tak ada jawaban. Asih mulai kesal dan segara bangkit ke kamar. Ia guncang-guncangkan tubuh anak semata wayangnya itu, tapi Ain tak juga terjaga.

Aneh, tubuh Ain terasa dingin sekali. Asih mencoba menepis pikiran buruknya dengan mengguncangkan tubuh Ain lebih kuat. Nihil! Ain tidak bergeming, seketika Asih tertunduk lemas. Kekuatannya hilang entah kemana, ia dapati kerudung biru lusuh miliknya yang telah memudar terdekap erat dalam pelukan Ain.

Innalillahi wa inna illaihi rojiun

Seminggu yang lalu...

"Bu, tadi pa ustad cerita. Katanya kalo Ain jadi anak sholehah, Ain bisa bikinin rumah yang beeessaaaar buat Bapak di Surga, Rumah yang ada Taman dan juga air sungai yang mengalir deras" Ain begitu bersemangat bercerita sambil memotong-motong wortel disisi Asih, Asih hanya menanggapi celotehan anakknya itu dengan senyuman

"Nanti kita tinggal sama-sama ya bu di rumah itu!" Mata Ain membulat ke arah Asih, Asih mengangguk pasti sambil tetap tersenyum.


By. Hamdatun Nupus




Tidak ada komentar:

Posting Komentar