Kamis, 04 Agustus 2016

Dan Akhirnya

[P][A][R][T][.][2]
Hingga Akhirnya





"dengarkan alunan lagu,
yg mampu menyembuhkan lara hati
warnai hidupmu kembali
menarilah
bernyanyilah"

* * *

Alfa mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, Suara musik di pagi buta yang berhasil membangunkannya lebih awal pagi ini. Alfa bangkit mencari sumber suara, dan ia kembali melihat laki-laki itu di sudut balkon kamarnya.

"hei...udah bangun?" laki-laki itu tersenyum kearahnya

"kamu kenapa ada disini?" seru alfa heran

"karena aku bosan..."

"bosan ?"

"hmmm, karena kamu tak kunjung menepati janji...lalu kapan? kapan aku bisa mendengar kamu memainkan lagu ini dengan piano itu?"

"aku..."

Kemudian senyap, alfa kembali membuka kedua matanya. terdapat peluh yang membanjiri tubuhnya yang payah, Alfa bangkit dan mencoba mengingat mimpinya barusan. Sesekali matanya berkedip seolah sedang mengulang proses semua memori yang ia paksa raih, keinginannya untuk memainkan piano itu, hari pertama ia bekerja di cafe itu, hari pertama ketika ia bangun dari koma, hari dimana ia berada dalam kecelakaan itu.

Seketika kedua mata alfa basah "nggak mungkin" serunya lirih nyaris tanpa tenaga

Tak lama berselang anastasya masuk dari arah pintu "fa...kok tumben jam segini bel..." seketika kalimat anastasya berhenti disitu saat kedua matanya langsung menangkap raut wajah alfa yang tak biasa "alfa kamu kenapa?" anastasya langsung menghamburkan diri sambil memegang dahi serta kedua sisi pipi nya.

Alfa tak menyahut, malah air matanya kian membanjiri wajahnya yang mulai memucat. Tak tinggal diam anastasya langsung menghubungi rega untuk segera datang, khawatir akan ada hal buruk yang akan segera terjadi selanjutnya

"fa...alfa...alfa...?!!" pekik anastasya berulang ulang sambil menguncang guncangkan tubuh alfa

"laki laki itu an..." sahut alfa akhirnya, anastasya menatap tajam kedua mata alfa. Ia langsung teringat perdebatan sengitnya dengan rega beberapa hari lalu mengenai permintaan alfa untuk menemukan seorang laki-laki yang tak diketahuinya.

"laki-laki itu? kenapa? kamu udah inget dia siapa?" ujar anastasya lirih
Dengan air mata yg masih mengalir "laki-laki itu...laki laki itu ada di lokasi kecelakaan an, dia si pengendara ford putih..."

Anastasya kembali mengingat kejadian setengah tahun lalu, kecelakaan beruntun yang dialami alfa hingga membuatnya koma selama 2 bulan, kecelakaan yang disebabkan oleh seorang pengendara mobil yang mengedarai mobilnya dengan ugal-ugalan sehingga akhirnya alfa dan pengemudi truk itu terbaring tak berdaya di rumah sakit.

"laki laki itu yang nyelametin aku an..." sahut alfa kembali,

brukkk, terdengar suara benda jatuh dari arah pintu, disana ada rega yang tengah berdiri mematung.

"maksud kamu apa fa??" seru rega dengan tatapan tak percaya "bualan apa lagi ini???, setelah semua keanehan sikap kamu pasca koma, lalu ini apa lagi ??, jelas-jelas laki-laki itu yg nyebabin kamu celaka?!!" pekik rega geram

Alfa menggeleng-gelengkan kepalanya, dan tangisnya pun kian membuncah

* * *
"pokoknya batalin semua jadwal pertunjukan pekan ini, pekan berikutnya...bulan depan, selanjutanya...seterusnya ?!!"

"ya kamu gak bisa seenaknya gitu maen ngebatalin schedule yg udah di arrange fa...sebagian besar acara besar loh?!"

"aku udah gak tahan ga?!...ini bukan hal yang aku inginin, Aku berhenti sampai waktu dimana aku bisa nemuin kenyamanan bermain piano seperti dulu...bukan disibukan dengan tuntutan yang memaksaku bekerja keras seperti ini?!”

Tuuuttttt

Sambungan itupun terputus, alfa melepas nafas panjang dan berat. Dikepalanya berkecamuk mengenai banyak hal yang tak sanggup ia tanggung lagi, awalnya ia kira akan bahagia menjalani profesi sebagai pianis, tampil di berbagai festival dan pertunjukan besar, di elu-elukan banyak orang karena bakat bermain piano nya. Tapi nyatanya kehidupan yang seperti itu justru membuatnya tersiksa, ia tak lagi bisa menikmati betapa bahagianya ketika ia mampu memulai dan mengakhiri sebuah lagu yang ia ingin bawakan, bukan yang orang lain ingin dengar. Alfa melajukan mobil yg dikendarainya lebih cepat.
tiin tiiin....tiiin tiiin

Alfa sadar suara klakson itu ditujukan untuk dirinya, karena sedari tadi dijalan yang ia lalu hanya ada mobil yg ia kendarai dan mobil ford putih yang mengekor dibelakangnya, segera saja alfa membuka kaca depan dengan malas.

Mobil ford itu melaju sejajar dengannya, si pengendara turut menurunkan jendela dan disana nampak seorang laki-laki berusia sekitar akhir 20-an akhir meminta perhatiannya

"turunin kecepatannya?! maksimal laju kendaraan disini 40km/jam?!" serunya setengah berteriak

"ahh apa-apaan orang ini, lalu yang dia lakukan sekarang apa? bukannya sama saja?" sahut alfa lirih dengan nada kesal, tak ingin memperpanjang masalah alfa pun langsung menurunkan kecepatan laju kendaraannya sambil menginjak pedal rem, namun ada yang aneh, Rem mobil nya tidak bekerja sebagaimana mestinya. Mendadak alfa panik dan malah justru kembali menginjak pedal gas lebih dalam secara spontan.

"hei?!!..." teriak laki-laki itu

Keringat dingin mengalir deras melewati wajah alfa, seketika begitu banyak kemungkinan kemungkinan buruk yang terlintas didalam benaknya. Sementara laki-laki itu masih berteriak –teriak sambil tetap mengejarnya.

"kenapa??" teriak laki-laki itu dari arah sebrang

"blong?!!...rem nya blong?!!" teriak alfa akhirnya

"jangan panik....turunin gas nya pelan-pelan...." teriaknya lagi

"oke alfa...jangan panik" serunya dalam hati, beruntung jalanan didepannya kosong tapi nahasnya tak lama setelah itu terlihat sebuah truk besar dari kejauhan, Konsentrasi alfa kembali terpecah. Wajahnya kini bahkan memucat, tak bisa lagi ia rasakan genggaman tangannya dari balik setir.

Badan truk itu semakin lama semakin dekat jaraknya, alfa sudah kehilangan kesadaran bahkan tatapan kedua matanya sudah kosong, sementara laki-laki itu masih terus menjaga jarak persis disamping mobil alfa sambil terus menerus menekan klakson berharap mobil truk yang ada didepan mereka menyadari kekisruhan ini, Tapi apa daya, seperti sebuah bencana yang sudah dapat diprediksi dalam hitungan detik, alfa tak lagi mampu berharap akan ada keajaiban terjadi pada dirinya.

Dan benar-benar hanya dalam hitungan detik, tiba-tiba saja mobil ford putih itu melesat melewati badan mobil alfa. Memotong jalur mobilnya dan menabrakan mobil itu ke badan truk sehingga seketika truk itu berhenti tepat ketika badan mobil alfa berbenturan dengan mobilnya. Seketika dunia alfa gelap.

* * *

Namanya Ale, usia 28 tahun hobi bermain piano, mengelola sebuah cafe kecil bersama tunangannya anne. Mimpi ale begitu sederhana, sebisa mungkin menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan. Tak heran ale begitu digemari oleh semua orang dilingkungannya, bahkan oleh orang orang asing di setiap sudut jalan yang pernah ia sambangi. Dan hari itu, menjadi hari terakhir bagi ale. Hari dimana ia berusaha menyelamatkan nyawa seorang perempuan yang bahkan tidak ia kenal, meski pada akhirnya banyak hal yang harus direlakan pergi setelah itu.

Ale menggengam tangan alfa, menatapnya dengan wajah meminta "aku tahu...aku akan menepati janjiku, terimakasih untuk segalanya" seru alfa lirih, dan disana alfa melihat wajah ale tersenyum.

Akhirnya terdengar suara denting piano dari piano usang itu, nada yang terdengar begitu riang berbanding terbalik dengan suasana hati alfa yang masih mendung, disudut satunya rega memeluk anastasya dengan erat, seolah tak kuat melihat apa yang tengah terjadi hari ini.

Anne yang baru saja masuk ke dalam cafe tentu terperanjat kaget, baginya nada lagu yang terdengar dari alunan piano yang dimainkan alfa seperti baru saja kemarin ia dengar ketika ale memainkan piano itu di petang terakhir sebelum kepergiannya. Seketika kedua sudut mata anne basah, ia akhirnya bisa tersenyum lega karena hari ini ia bahkan bisa melihat sosok ale disana.

" saat jiwamu terlarut dalam gundah
dan seakan tiada jalan keluar
cobalah engkau pahami bahwa
hidup ini terlalu singkat untuk disesali
nyanyikan apa yang kau rasakan
rasakan apa yg kau nyanyikan
nyanyikan apa yg kau rasakan "

Alfa sadar, ia mampu bertahan hidup untuk sebuah alas an. Tuhan mengambil laki-laki sebaik ale agar perempuan keras kepala sepertinya bisa belajar. Bahwa hidup tak harus selalu mengenai apa yang ia inginkan, dan menuntut apa yang seharusnya ia dapati. 

Terkadang bahkan justru ia harus lebih banyak memberi tanpa pamrih seperti ale.

Dan duka tak seharusnya membuat ia lari, karena rasa sakit akan tetap ada selama ia menolak dan tak mengakui keberadaan rasa sakit itu. Ia hanya harus menerima, karena dengan begitu segala rasa sakit atas apapun perlahan akan sirna.

* * *

[Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DanBernyanyilah yang diselenggarakan oleh Muskimia, Nulisbuku.com dan Storial.co]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar