Selasa, 16 Februari 2016

Mengenai Hujan


"Hai Hujan, aku tak merindukanmu hari ini...bisakah kau datang saja nanti ?"



Kadang ketika rindu, aku akan berdoa sepanjang malam agar ia hadir, agar ia segera datang, agar ia ada menemani.

Namun tak jarang jika tak ingin ia ada, aku berhenti menyapa, berhenti menyadari keberadaanya, berhenti seketika.

Mengingatnya, mengingatkanku akan perang pertama kita, aku di sudut yang satu dan kau disudut yang lain nya, kau menggunakan kedua tanganmu sementara dengan sedikit kreatif ku gunakan ember kelas yang biasa digunakan untuk menampung tetesannya dari salah satu celah genteng sekolah kita yang bocor, dan setelahnya kita pun lebur dalam basah.

Mengingatnya, mengingatkanku akan cinta yang tiba-tiba datang dan mengusik kita, karena kau yang pertama dan ada sosok lain yang kujadikan setelahnya, membius dan memaksaku mendendangkan lagu tentang hujan dari uthopia berulang-ulang.

Mengingatnya, mengingatkanku akan pertemuan terakhir kita, yang saat itu hanya duduk berdua, menunggu ia reda sambil bercerita tentang masa yang sudah lama lewat.

Bukan hanya karena rintikannya yang menentramkan, bukan juga karenanya waktu terasa berhenti sesaat. Tapi ada satu harap yang selalu menggema...apakah ada pelangi setelahnya? karena kemungkinan itu selalu ada, membuatku rela selalu setia.

Banyak cerita tentang aku dan hujan, ya...mungkin terdengar terlalu melankolis, tapi biar saja...hubungan ku dengan hujan biar menjadi urusanku saja.


Hujan Pagi ini yang tak lagi sama
(17-02-2016)
By. Hamdatun Nupus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar